Tips Pangan

Monday, March 27, 2006

Amankah Mengkonsumsi Buah dan Sayur Segar?

Buah dan sayur dipercaya sebagai sumber vitamin dan serat alami yang berguna bagi tubuh. Orang dapat mengkonsumsinya dalam bentuk segar maupun dalam bentuk produk olahan seperti sari buah, selai, jus, maupun sayuran kering. Namun seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi bahan pangan yang dikonsumsi, di masyarakat telah terjadi perubahan pola konsumsi buah dan sayur. Dewasa ini masyarakat lebih suka mengkonsumsi buah dan sayur segar (atau mentah), dalam bentuk salad, ataupun diolah dengan proses yang minimal untuk mencegah kehilangan nutrisi selama pengolahan. Namun amankah mengkonsumsi buah dan sayur dalam keadaan mentah?

Buah dan sayur mentah sesungguhnya dapat menjadi sumber bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah bakteri patogen berhasil diisolasi dari sayur dan buah mentah, seperti bakteri Campylobacter jejuni, Clostridium botulinum dan Listeria monocytogenes dapat ditemukan di mushrooms, Escherichia coli O157:H7, Salmonella dan Vibrio cholerae didapatkan di kol, sementara di selada ditemukan bakteri Listeria monocytogenes, Salmonella, Staphylococcus, Yersinia enterocolitica dan Vibrio cholerae, sedangkan di sayuran salad diketahui dapat terkontaminasi oleh Staphylococcus, Listeria monocytogenes dan Yersinia enterocolitica. Sedangkan Salmonella dan Yersinia enterocolitica dapat mengkontaminasi buah-buahan seperti jeruk, semangka, strawberry dan tomat. Selain itu sejumlah virus (Hepatitis A, Calicivirus, serta Norwalk) dan protozoa (Cyclospora, Cryptosporodium dan Giardia) juga ditemukan di beberapa jenis buah dan sayur.

Masuknya mikroba patogen pada buah dan sayur dapat terjadi karena kontaminasi dari manusia, hewan, dan air yang terjadi selama pemanenan, penanganan pasca panen, proses pengolahan sampai dengan persiapan terakhir sebelum dikonsumsi. Penanganan yang tidak higienis akan menyebabkan terjadinya kontaminasi silang selama proses pengolahan dan penyimpanan.

Bila kita hendak mengkonsumsi buah atau sayur dalam keadaan mentah, hendaklah kita mencuci tangan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa tangan kita benar-benar bersih. Pencucian buah dan sayur dapat menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi jumlah mikroorganisme pada permukaan buah dan sayur. Namun sebaiknya pencucian dilakukan dengan air hangat, mengingat bahwa air sendiri dapat menjadi sumber kontaminasi mikroorganisme. Seorang peneliti dari UC Davis, Amerika mengatakan bahwa pencucian dengan larutan klorin 50 ppm selama 1 menit dapat menurunkan jumlah mikrooraganisme hingga lebih dari 80%, sedangkan pencucian dengan air biasa selama 1 menit hanya mengurangi sekitar 3% dari total mikroorganisme pada permukaan buah.

Selanjutnya, proses pendinginan, misalnya penyimpanan di refrigerator dapat mempertahankan kesegaran buah dan sayur. Namun perlu diketahui bahwa pendinginan tidak dapat menghilangkan atau membunuh mikroorganisme patogen. Penyimpanan di refrigerator hanya efektif untuk menghambat aktivitas dan pertumbuhan mikroorganisme patogen, sehingga sebelum buah dan sayur disimpan dalam refrigerator, proses pencucian sangat diperlukan. Setelah dicuci, buah atau sayur dikeringkan dengan lap bersih dan dimasukkan ke refrigerator. Kontaminasi silang dapat terjadi selama proses penyimpanan dingin, terutama bila kita mencampur buah atau sayur yang masih segar dengan yang sudah mulai rusak. Oleh karena itu pemisahan antara buah atau sayur yang segar dengan yang mulai layu atau busuk dalam refrigerator hendaknya diperhatikan. Buah yang mulai busuk jangan dibiarkan terlalu lama di refrigerator. (Inneke Hantoro)

Dimuat di Tabloid Seputar Semarang; Edisi 131 Tahun III : 21-27 Maret 2006

Kurangi Konsumsi Junk Food

BILA dicermati, sebagian besar makanan yang diiklankan di televisi dan yang ditawarkan di restoran fast food, makanan yang dikategorikan sebagai junk food. Berbahayakah junk food dan bagaimana cara mengurangi kebiasaan mengonsumsi junk food?

Junk food sering diidentikkan dengan gaya hidup khas Amerika. Hampir semua fast food yang kita jumpai di Indonesia adalah restoran waralaba yang berasal dari Amerika, contoh KFC, McDonald, Wendys, dll. Junk food sendiri diartikan sebagai makanan yang nilai gizinya rendah namun kandungan garam, kalori dan lemaknya sangat tinggi. Contohnya potato chips, permen, pastry, minuman berkarbonasi, snack, kentang goreng dan berbagai makanan dari restoran fast food yang berkadar lemak tinggi.

Bila kita mengonsumsi junk food dalam jumlah kecil, maka dapat dikatakan junk food menunjang pola konsumsi makanan sehat kita. Namun bila berlebih maka akan berdampak pada kesehatan kita. Dampaknya sudah banyak diketahui, antara lain adalah obesitas, kolesterol, penyakit jantung, diabetes, kanker, kerusakan gigi, dll. Bahkan oleh para peneliti konsumsi junk food dipercaya berperan menyebabkan penyakit asma pada anak-anak (http://news.bbc.co.uk/1/hi/health/890296.stm).

Lalu bagaimana caranya menghindari kebiasaan mengonsumsi junk food? Pusat Kesehatan Universitas Iowa dan New Hampshire Amerika mempunyai beberapa tips yang dapat dijadikan acuan untuk kembali pada pola konsumsi makanan sehat. Alternatif yang pertama, jauhkan segala jenis junk food tersebut dari sekeliling kita. Biasanya kita suka menyimpan snack, permen, coklat, dll di kulkas atau di lemari penyimpanan makanan. Gantilah isi kulkas Anda dengan buah-buahan dan sayuran. Jadi bila Anda tiba-tiba memiliki keinginan memakan snack, Anda dapat menggantinya dengan mengonsumsi buah-buahan atau sayuran.

Langkah selanjutnya, memfokuskan diri pada pola makan makanan sehat. Hal tersebut dapat dimulai dengan mengganti kebiasaan mengolah makanan. Kurangi mengolah makanan dengan cara menggoreng dan ganti dengan cara merebus atau memanggang. Selain itu sebaiknya membiasakan diri untuk memasak sendiri. Dengan demikian dapat mengatur menu dengan gizi yang seimbang.

Bila memiliki kebiasaan makan camilan sambil menonton televisi, hindarilah duduk di depan televisi sepanjang hari. Sebaliknya dapat melakukan aktivitas lain yang lebih menyita waktu dan tenaga kita sehingga orientasi pikiran tidak hanya terpancang pada makanan, contohnya seperti berolahraga. Bila hal-hal tesebut terlalu sulit dilakukan maka cara yang terakhir dengan mengurangi porsi konsumsi kita. Sebagai contoh, bila biasanya memesan double cheeseburger gantilah dengan porsi yang lebih kecil.

Sebenarnya kunci dari semuanya adalah janganlah terlalu banyak mengonsumsi junk food atau janganlah menggantikan menu makanan sehari-hari dengan junk food. Kita harus tetap mempertahankan cara hidup sehat dengan diet seimbang dan rajin berolah raga. (Inneke Hantoro-35)

Diterbitkan di suara Merdeka - Senin, 19 Mei 2003